BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang
disebabkan oleh terjadinya reaksi kimia (reaksi elektro kimia) pada permukaan
logam. Pada hakikatnya korosi adalah suatu reaksi dimana suatu logam dioksidasi
sebagai akibat dari serangan kimia oleh lingkungan (uap air,oksigen di
atmosfer, oksida asam yang terlarut dalam air).
Korosi merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan
berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak
dikehendaki. . Contoh korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.Pada
peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami
reduksi. Karat logam umumnya adalah berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia
karat besi adalah Fe2O3. xH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan korosi?
2. Apa saja faktor yang menyebabkan
terjadinya proses korosi?
3. Apa saja bentuk-bentuk korosi?
4. Bagaimana proses terjadinya korosi
pada besi?
5. Apa saja cara yang bisa dilakukan
untuk mencegah terjadinya korosi/
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari
korosi
2. Untuk mengetahui apa saja faktor
penyebab korosi
3. Untuk mengetahui bentuk-bentuk
korosi
4. Untuk mengetahui proses terjadinya
korosi pada besi
5. Untuk mengetahui cara pencegahan
terjadinya korosi
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korosi
Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang
disebabkan oleh terjadinya reaksi kimia (reaksi elektro kimia) pada permukaan
logam. Pada hakikatnya korosi adalah suatu reaksi dimana suatu logam dioksidasi
sebagai akibat dari serangan kimia oleh lingkungan (uap air,oksigen di
atmosfer, oksida asam yang terlarut dalam air).
Dalam bahasa sehari-hari korosi disebut dengan perkaratan.
Kata korosi berasal dari bahasa latin “corrodere” yang artinya pengrusakan
logam atau perkaratan. Jadi jelas korosi dikenal sangat merugikan. Korosi
merupakan sistem termodinamika logam dengan lingkungannya, yang berusaha untuk
mencapai kesetimbangan. Sistem ini dikatakan setimbang bila logam telah
membentuk oksida atau senyawa kimia lain yang lebih stabil.
Korosi merupakan reaksi redoks antara suatu logam dengan
berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tak
dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh korosi
yang paling lazim adalah perkaratan besi.Pada peristiwa korosi, logam mengalami
oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. Karat logam umumnya
adalah berupa oksida dan karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3. xH2O,
suatu zat padat yang berwarna coklat-merah.
Korosi atau perkaratan logam juga dikenal sebagai proses
oksidasi sebuah logam dengan udara atau elektrolit lainnya, dimana udara atau
elektrolit akan mengami reduksi, sehingga proses korosi merupakan proses
elektrokimia.
B. Faktor Penyebab Korosi
Pada
umumnya ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya percepatan korosi,
yaitu:
a.
Uap
air
Dilihat dari reaksi yang terjadi pada korosi, air merupakan
salah satu faktor penting untuk berlangsungnya proses korosi. Udara yang banyak
mengandung uap air (lembab) akan mempercepat berlangsungnya proses korosi.
b. Oksigen
Udara yang banyak mengandung gas oksigen akan menyebabkan
terjadinya korosi. Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung
reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai
contoh, korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi
tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak
merata dalam logam tersebut. Akibatnya menimbulkan perbedaan potensial listrik
antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak
sebagai anode dan atom C sebagai katode.
Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi,
sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi
redoks pada peristiwa korosi. Semakin banyak jumlah O2 dan H2O yang mengalami
kontak denan permukaan logam, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada
permukaan logam tersebut. Perhatikan animasi. berikut: animasi korosi besi.
c. Larutan garam
Elektrolit (asam atau garam) merupakan media yang baik untuk
melangsungkan transfer muatan. Hal itu mengakibatkan elektron lebih mudah untuk
dapat diikat oleh oksigen di udara. Air hujan banyak mengandung asam, dan air
laut banyak mengandung garam, maka air hujan dan air laut merupakan korosi yang
utama.
Larutan garam menyerang lapisan mild stell dan lapisan
stainless stell selain itu dapat menyebabkan terjadinya pitting (kebocoran),
crevice (retek / celah), korosi, dan juga pecahnya alooys (paduan logam yang
bersifat tahan karat).
Larutan
ini biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi yang tinggi
yang akan menyebabkan proses korosi. Proses ini disebabkan oleh kenaikan
konduktivitas larutan garam dimana larutan garam lebih konduktif sehingga
menyebabkan laju korosi juga akan lebih tinggi. Sedangkan pada kondisi kelautan
garam dapat mempercepat laju korosi logam karena larutan garamnya lebih
konduktif, sama halnya dengan kecepatan alir dari air laut yang sebanding
dengan peningkatan laju korosi, akibatnya terjadi gesekan, tegangan dan
temperatur yang mendukung terjadinya korosi.
d. Permukaan logam yang tidak rata
Permukaan logam yang tidak rata memudahkan terjadinya
kutub-kutub muatan, yang akhirnya akan berperan sebagai anode dan katode.
Permukaan logam yang licin dan bersih akan menyebabkan korosi sukar terjadi,
sebab sukar terjadi kutub-kutub yang akan bertindak sebagai anode dan katode.
e. Keberadaan Zat Pengotor
Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya
reaksi reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi.
Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada
permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan
logam. Dengan demikian peristiwa korosi semakin dipercepat.
f. Kontak dengan Elektrolit
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat
mempercepat laju korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Sedangkan
konsentrasi elektrolit yang besar dapat melakukan laju aliran elektron sehingga
korosi meningkat.
g. Temperatur
Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada
peristiwa korosi. Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat
terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka
meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan
efektif pada reaksi redoks semakin besar. Dengan demikian laju korosi pada
logam semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur
dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya
menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas
secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).
h. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH
< 7 semakin besar, karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung
pada katode yaitu:
2H+(aq)
+ 2e- → H2
Adanya
reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang
teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
i.
Metalurgi
§ Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda
potensial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang
terkorosi.Permukaan logam yang kasar cenderung mengalami korosi
§ Efek Galvanic Coupling
Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya
atom-atom unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu
terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada
permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang berbeda
dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu
korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah
anode.
j.
Mikroba
Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan
peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu
mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi
keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara lain:
protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri
oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.
C.
Bentuk-Bentuk
Korosi
Bentuk-bentuk korosi yang umum
ditemukan pada korosi logam di lingkungan laut, yaitu;
a. Korosi merata (uniform attack)
Yaitu korosi yang terjadi pada pada permukaan logam yang
berbentuk pengikisan permukaan logam secara merata sehingga ketebalan logam
berkurang sebagai akibat permukaan terkonvensi oleh produk karat yang biasanya
terjadi pada peralatan-peralatan terbuka, misalnya permukaan luar pipa.
Bentuk korosi ini adalah sangat umum dan dicirikan oleh baja
yang berkarat dilingkungan udara. Disebut merata karena semua permukaan metal
terexpose diserang dengan laju yang kurang lebih sama, tetapi metal yang hilang
jarang sekali betul-betul merata. Menurut teori electrochemical mixed potential,
proses anodic dan katodik terdistribusi merata pada seluruh permukaan metal.
Dengan demikian agar bentuk korosi ini terjadi, diperlukan sistem korosi yang
menunjukkan keseragaman (homogenitas) baik pada metal, media (perbedaan
konsentrasi) dan faktor-faktor korosi lainnya.
Pada korosi tipe ini, laju korosi dapat dinyatakan dalam
bentuk kehilangan ke tebalan metal menurut waktu misalnya mm/tahun atau
mikrometer/tahun. Biasanya laju korosi hanya dinyatakan pada satu muka saja,
dan bila kedua metal terserang korosi, total kehilangan ketebalan metal menjadi
dua kali.
b. Korosi setempat (local corrosion)
Dalam beberapa hal perbedaan antara korosi merata dan korosi
setempat tidak begitu tajam, sungguhpun demikian adalah mungkin untuk
memberikan beberapa bentuk korosi, mulai dari korosi merata sampai korosi yang
menghasilkan sumuran dalam, korosi setempat sulit diduga.
c. Korosi galvanik (galvanik corrosion)
Bentuk korosi ini terjadi bila dua (atau lebih) logam yang
berbeda secara listrik berhubungan satu sama lainnya berada dalam lingkungan
korosif yang sama. Dalam kasus demikian, logam yang berpotensial paling negatif
(dalam keadaan tidak berhubungan) atau terkorosi, sebaliknya logam lain (logam
mulia dengan potensial korosi tinggi akan kurang terkorosi).
Korosi galvanik cenderung terlokalisir, kearah pembentukan
sumuran, dan dalam sistem pipa akan terjadi kebocoran-kebocoran. Dia merupakan
masalah perencanaan karena dalam pabrik, sistem pipa dan rangka banyak
melibatkan pemakaian lebih dari satu macam metal.
Bila
berbagai macam paduan digunakan dalam perencanaan dapat diharapkan akan terjadi
masalah-masalah dan masalah tersebut lebih kritis pada lingkungan laut. Oleh
karena itu harus diusahakan pemakaian paduan logam yang berbeda-beda, haruslah
jangan sampai menimbulkan masalah korosi.
d.
Korosi
sumuran (pitting)
Korosi
sumuran termasuk korosi setempat dimana daerah kecil dari permukaan metal,
terkorosi membentuk sumuran. Biasanya kedalaman sumur lebih besar dari
diameternya. Mekanisme terbentuknya korosi sumuran,sangat kompleks dan sulit
diduga, sungguhpun demikian ada situasi tertentu dimana korosi sumuran dapat
diantisipasi:
1.
Pada
baja karbon yang dilapisi oleh mill scale dibawah kondisi tercelup, terutama
air laut, akan terbentuk beda potensial antara mill scale dan baja hingga
pecahnya mill scale mengarah pada situasi anode kecil / katoda besar.
2.
Pada
paduan yang mengandalkan pada lapis pasif untuk sifat tahan korosinya seperti
stainless steel, setiap rusaknya (pecah) lapis pasif, cenderung pembetukan
korosi sumuran.
3.
Dari
segi praktis korosi sumuran terbentuk didalam air mengandung chloride, oleh
karena itu sering terjadi pada kodisi dilingkungan laut.
e. Korosi erosi
Gerakan
air laut, seperti juga fluida lainnya dapat menimbulkan aksi mekanis misalnya
erosi (pengikisan), dengan korosi yang di timbulkannya tetap elektrokimia
sifatnya. Immpingement attack dan cavitation adalah bentuk extrem dari tipe
korosi ini.
Korosi
erosi cenderung mengarah pada penghilangan lapis protektif dari permukaan metal
oleh aksi partikel abrasive yang ada di dalam air. Umumnya laju serangan korosi
membesar dengan membesarnya kecepatan. Ada lagi bentuk erosi atau mekanisme
lain, misalnya korosi lembaran baja yang terpancang di pantai, dipengaruhi oleh
aksi abrasive dari pasir, dibantu oleh aksi pasang/surut atau angin. Pada kasus
ini lapis protektif di hilangkan.
f. Impingement attack
Seperti namanya bentuk serangan terjadi ketika larutan
menimpa dengan kecepatan cukup besar pada permukaan metal. Hal ini dapat
terjadi pada sistem pipa dimana perubahan arah tiba-tiba dari aliran pada
lengkungan dapat mengakibatkan kerusakan setempat, bagian lain dari pipa tidak
terpengaruh. Bentuk korosi ini akan terjadi pada setiap situasi dimana ada
impingement (timpa bentur,tekan) air yang biasanya mengandung gelembung udara
pada kecepatan serendah 1 m/s.
g. Perusakan cavitasi
Bentuk perusakan korosi ini disebabkan oleh terbentuk dan
pecahnya gelembung di dalam air laut, pada permukaan metal. Kondisi pada
kecepatan tinggi dan perubahan tekanan cenderung menimbulkan korosi cavitasi.
Serangan biasanya terlokalisir dan terjadi di daerah tekanan rendah, air
bergejolak (boil) dan terbentuk dari partial vacumm. Bila air kembali ke
tekanan normal, cavity pecah, dengan membebaskan energi. Hal ini mengarah pada
perusakan permukaan paduan logam.
h. Korosi celah (crevice corrosion)
Korosi ini terbentuk apabila terbentuk celah antara dua
permukaan dengan bagian dalam celah lebih anodic dari permukaan luar. Pada
dasarnya korosi celah timbul dari formasi differensial aeration cell, dimana
metal yang terexpose di luar crivice lebih katodic terhadap metal di dalam
celah. Arus katodic yang besar bekerja pada daerah anodic yang kecil
menghasilkan serangan korosi lokal yang intensif.
D.
Proses
Korosi Pada Besi
Proses perkaratan (korosi) adalah reaksi elektro kimia
(redoks). Pada permukaan besi (Fe) bisa terbentuk bagian anoda dan katoda yang
disebabkan oleh dua hal:
1.
Perbedaan
konsentrasi oksigen terlarut pada permukaan besi
Tetesan air pada permukaan besi mengandung perbedaan
konsentrasi oksigen terlarut. Pada bagian pinggir mengandung lebih oksigen
terlarut, sehingga di bagian ini bertindak sebagai katoda (reaksi reduksi).
Pada bagian tengah tetesan oksigen terlarut relatif sedikit sehingga bagian ini
bertindak sebagai anoda (reaksi oksidasi).
Fe → Fe2+ + 2e-
Ion Fe2+ bergerak ke katoda dan teroksidasi lebih lanjut
menjadi Fe3+ / besi (111) dalam senyawa besi (111) oksida terhidrat. Dengan
adanya garam (oksida asam) atau zat elektrolit akan mempercepat reaksi perkaratan.
2.
Tercampur
besi oleh karbon atau logam lain yang mempunyai EO red lebih besar dari besi.
Karena E0red besi lebih kecil dari logam tersebut, maka besi
akan teroksidasi (anoda), hal ini dapat menyebabkan terjadinya korosi atau
menghasilkan karatan besi. Secara keseluruhan perkaratan besi adalah sebagai
berikut :
Bila besi bersentuhan dengan oksigen dan air yang bersifat
asam, yakni oksida-kosida berikut akan terjadi : Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi setengah redoksnya :
Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O
= + 1,23 volt
Anodik : Fe →Fe2+ + 2e-
= + 0,44 volt
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi di atas berlangsung spontan.
Besi
(11) itu seterusnya dioksidasi oleh oksigen membentuk karat besi atau oksida
besi (111) terhidrasi. Reaksinya :
Katodik
: ½ O2 + 2H+ + 2e- → H2O
= + 1,23 volt
Anodik
: 2 Fe2+ → 2Fe3+ + 2e
= - 0,77 volt
2
Fe2+ +½ O2 + 2H+ → 2Fe3+ + H2O = + 0,46 volt
Reaksi
tersebut merupakan reaksi spontan, selanjutnya :
2
Fe3+ + ( x+3) H2O → Fe2O3.x H2O + 6 H+
Fe2O3.x
H2O inilah yang disebut sebagai karat besi dan ion H+ yang dihasilkan
dapat
mempercepat reaksi korosi selanjutnya.
Ion Fe di alam akan teroksidasi lagi membentuk Fe2+
atau Fe3+ . Sedangkan ion OH akan bereaksi dengan elektrolit yang
ada di lingkungan biasanya dengan ion H+ dari reaksi air hujan dan dengan
gas-gas pencemar (SOx, NOx) yang di kenal dengan hujan asam.
Selanjutnya oleh oksigen di udara besi (II) di oksidasi dan
sebagai hasil reaksi akhir terbentuk Fe2O3.x(H2O). Zat ini dapat bertindak
sebagai autokatalis pada proses perkaratan.Yaitu karat yang dapat mempercepat
proses perkaratan berikutnya. Pada umumnya logam-logam yang mempunyai potensial
elektroda negatif lebih mudah mengalami korosi. Logam mulia, logam yang
mempunyai potensial elektroda positif, sukar mengalami korosi. Kedudukan logam
dalam deret potensial bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan korosi. Faktor
lain yang turut juga menentukan ialah lapisan pada permukaan logam. Alumunium
dan seng mudah dioksidasi dalam udara, akan tetapi lapisan tipis dari oksida
yang terbentuk pada permukaan melindungi bagian bawahnya terhadap korosi
selanjutnya.Kedua logam ini, alumunium dan seng mengalami oksidasi yang kurang
sempurna di udara jika dibandingkan dengan besi yang kurang aktif. Karat yang
terbentuk di permukaan besi merupakan lapisan tipis yang berpori sehingga
bagian bawahnya mudah mengalami korosi
E.
Cara
Mencegah Terjadinya Korosi
Ada
beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya mencegah terjadinya korosi,
yaitu:
1.
Cara
pelapisan (coating)
Pelapisan adalah cara umum dan paling banyak di terapkan
dalam istilah tonase baja, untuk mengendalikan korosi, untuk melindungi/isolasi
paduan logam dari lingkungan yang korosif. Akan tetapi dalam prakteknya timbul
banyak problem dan biasanya kurang perhatian tentang masalah itu. Tersedia
banyak sekali macam pelapis dan yang paling umum adalah cat. Jembatan,
pagar dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan
air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena
keduanya melindungi besi terhadap korosi.
Kontak antara besi dengan oksigen dan air dapat dicegah
dengan melapisi besi dengan cat atau dengan logam lain. Hal ini dikarenakan
jika besi dilapisi dengan cat atau logam lain yang lebih sukar teroksidasi
(logam yang mempunyai Enol lebih besar). Yang akan bereaksi dengan udara adalah
lapisan luarnya saja sehingga logam tersebut bisa dilindungi oleh logam
tersebut.
Jika logam seperti seng dan timah mengalami korosi, senyawa yang terbentuk akan melindungi logam di bawahnya dari korosi selanjutnya. Seng, Zn dan timah dapat digunakan sebagai logam pelapis untuk melindungi besi dan korosi.
Jika logam seperti seng dan timah mengalami korosi, senyawa yang terbentuk akan melindungi logam di bawahnya dari korosi selanjutnya. Seng, Zn dan timah dapat digunakan sebagai logam pelapis untuk melindungi besi dan korosi.
Namun perlu diperhatikan potensial elektrode standar seng
dan timah terhadap besi.
Fe2+ (aq) + 2e →
Fe(s)
EO = - 0,44 volt
Zn2+ (aq) + 2e →
Zn(s)
EO =- 0,76 volt
Sn2+ (aq) + 2e →
Sn(s)
EO =- 0,14 volt
Seng lebih mudah di oksidasi daripada besi. Jika besi
dilapisi dengan seng, besi tidak akan berkarat walaupun lapisan seng
tersebut berlubang sekalipun. Besi lebih mudah dioksidasi daripada timah. Jika
besi dilapisi dengan timah, besi tidak akan berkarat.
2.
Cara
proteksi katodik (katode pelindung)
Cara ini digunakan terutama untuk logam besi yang di tanam
di dalam tanah. Prinsipnya adalah logam besi di hubungkan denga logam lain yang
bertindak sebagai anode dan besi sebagai katode. Jadi, logam yang digunakan
untuk melindungi besi harus yang lebih mudah teroksidasi daripada logam besi,
yaitu memiliki potensial reduksi yang lebih negatif daripada besi. Umumnya
digunakan logam Magnesium (Mg). Logam alkali tidak dapat di gunakan karena
reaktif.Logam alumunium(Al) dan seng (Zn) tidak dapat digunakan karena oksida
logam tersebut (Al2O3 atau ZnO) akan menghambat proses oksidasi berikutnya
dengan cara menutupi permukaan logam.
Pipa besi misalnya untuk air atau minyak yang ditanam di
dalam tanah harus dilindungi. Untuk mencegah korosi pada pipa-pipa ini batang
logam yang lebih aktif, seperti batang Magnesium (Mg) atau seng (Zn) ditanam di
dekat pipa dan di hubungkan dengan kawat, batang magnesium akan mengalami
oksidasi dan Mg yang rusak dapat diganti dalam jangka waktu tertentu sehingga
dengan demikian pipa yang terbuat dari besi itu terlindung dari korosi. Korosi
besi ini juga dapat dicegah dengan menghubungkan besi tersebut dengan kutub
negatif sumber listrik.
Proteksi katodik juga merupakan teknik penanggulangan korosi
komponen baja jembatan, khususnya pada bagian tiang pancang pipa baja yang
berada dalam lingkungan air dan atau tanah karena pada bagian tersebut relatif
sulit dilakukan teknik penanggulangan korosi dengan teknik yang lebih murah
yaitu pengecatan.
Pada prinsipnya, korosi terjadi karena adanya aliran
elektron dari bagian tiang pancang pipa baja (anoda) yang diikuti dengan
perubahan logam menjadi ion logam (karat) ke bagian tiang pancang pipa baja
lain yang karena kualitas baja atau kondisi lingkungannya menjadi katoda. Pada
proteksi katodik, terjadinya kerusakan baja akibat aliran elektron dari anoda
ke katoda ditanggulangi dengan memberikan pasokan elektron secukupnya pada
seluruh struktur baja yang dilindungi atau dengan kata lain menjadikan seluruh
struktur baja tersebut menjadi katoda yang kaya akan elektron. Dilihat dari
cara memasok elektron, proteksi katodik terbagi dalam dua cara, yaitu:
a. Metoda arus terpasang (impressed current)
yaitu pasokan electron
dilakukan
dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan katoda pada suatu
sumber listrik. Metoda ini menggunakan sumber arus searah dari luar, misalnya
Transformer Rectifier, DC Generator, dan lain-lain. Arus listrik pada sistem
ini dialirkan ke permukaan logam yang diproteksi melalui anoda pembantu,
misalnya Anoda Graphite, Baja, Platina, dan Besi Tuang. Keuntungan besar dari
metoda arus terpasang adalah bahwa sistem ini dapat menggunakan anoda inert
atau anoda yang tahan karat seperti platina dan karbon.
b. Metoda anoda korban (sucricifial
anoda) yaitu pasokan electron
dilakukan
dengan cara menghubungkan tiang pancang pipa baja dengan logam lain sebagai
anoda korban yang memiliki potensial lebih rendah. Pada cara ini terjadi aliran
elektron dari logam dengan potensial yang lebih rendah ke tiang pancang pipa
baja yang potensialnya lebih tinggi. Dengan demikian maka tiang pancang pipa
baja akan terlindung dari korosi namun sebagai konsekwensinya logam anoda dalam
waktu tertentu akan rusak/habis dan selanjutnya dapat diganti atau
diperbaharui. Mengganti anoda lebih ringan secara teknik maupun ekonomis dibanding
mengganti tiang pancang pipa baja.
c. Perancangan
Dari
segi korosi, perancangan dianggap berkaitan dengan perencanaan yang baik dan
pembangunan proyek. Ia meliputi pemilihan material dan pemilihan cara
pengendaliannya dalam batas perancangan keseluruhan. Perencanaan dan
perancangan cara pengendalian korosi adalah merupakan pemecahan masalah yang
baik terhadap persoalan-persoalan yang di hadapi.
d. Anoda karbon
Cara lain untuk mencegah korosi besi adalah dengan
menggunakan anoda karbon. Dengan membandingkan potensial reduksi standar besi
dan magnesium.
Fe2+
+ 2e → Fe(s)
EO = -0,41 volt
Mg2+
+ 2e → Mg(s)
EO =-2,39 volt
Terlihat bahwa Mg2+ lebih sulit direduksi dibandingkan
dengan Fe2+ atau sebaliknya, Mg(s) lebih mudah dioksidasi daripada Fe(s).
Sepotong Mg yang terhubung dengan besi akan lebih cenderung dioksidasi
dibandingkan dengan besi, dan sekali terpakai oleh oksidasi harus diganti.
Metode ini biasanya digunakan untuk melindungi lambung kapal, jembatan, dan
pompa air besi dari korosi. Pelat magnesium dihubungkan dengan interval yang
teratur sepanjang potongan pipa yang terkubur, dan ini jauh lebih mudah untuk
menggantikannya secara periodik dari pada mengganti keseluruhan pipa.
e. Pelumuran dengan Oli atau Gemuk
Cara
ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak
dengan air.
f. Pembalutan dengan Plastik
Berbagai
macam barang misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik.
Plastic mencegah kontak dengan udara dan air.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Korosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang
disebabkan oleh terjadinya reaksi kimia (reaksi elektro kimia) pada permukaan logam.
Factor
yang menyebabkan timbulnya percepatan korosi antara lain : uap air, oksigen,
larutan garam, permukaan logam yang tidak rata. Proses perkaratan pada besi
adalah reaksi elektro kimia ( redoks ) yaitu :
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Reaksi setengah redoksnya :
Katodik : ½ O2 + 2H+ + 2e- →
H2O = + 1,23 volt
Anodik : Fe
→Fe2+ + 2e- = + 0,44 volt
Fe + ½ O2 + 2H+ → Fe2+ + H2O
Bentuk-bentuk korosi yang umum ditemukan pada korosi logam
dilingkungan laut antara lain korosi merata, korosi setempat, korosi setempat,
korosi galvanic, korosi sumuran, korosi celah, korosi erosi, impingement
attack, perusakan cavitasi.
Cara
pencegahan korosi antara lain dengan cara pelapisan,cara pelapisan katodik,
perancangan, anoda karbon, pelumuran dengan oli atau gemuk, pembalutan dengan
plastik.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadi,Mukhlis.
2006. Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia
Chandler,K.A. 1985. Marine and Offshone Corrosion. Batter Work
Chandler,K.A. 1985. Marine and Offshone Corrosion. Batter Work
Oxtoby,David
W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga
Sudarmo,
Unggul. 2006. KIMIA SMA. Jakarta: Erlangga
KATA
PENGANTAR
Puji
Dan Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Yang Telah
Memberikan Rahmat Taufik Dan Hidayah – Nya Sehingga Penulisan Makalah Ini Dapat
Terselesaikan Tepat Pada Waktunya.
Makalah
Saya Ini Berjudul “ Korosi “ Penulis Menyadari Banyak Kekurangan Dalam
Penulisan Makalah Ini, Itu Dikarenakan Kemampuan Penulis Yang Terbatas. Namun
Berkat Bantuan Dan Dorongan Serta Bimbingan Dari Dosen Pembimbing Serta
Berbagai Bantuan Dari Berbagai Pihak,
Akhirnya Pembuatan Makalah Ini Dapat Terselesaikan Tepat Pada Waktunya.
Penulis
Berharap Dengan Penulisan Makalah Ini Dapat Bermanfaat Khususnya Bagi Penulis
Sendiri Dan Bagi Para Pembaca Pada Umumnya Serta Semoga Dapat Menjadi Bahan
Pertimbangan Dan Meningkatkan Prestasi Dimasa Yang Akan Datang.
Wassalam,
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR
ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah .......................................................................... 1
C. Tujuan
............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Korosi .......................................................................... 2
B. Factor
Penyebab Korosi ................................................................ 2
C. Bentuk
– Bentuk Korosi ................................................................ 6
D. Proses
Korosi Pada Besi ................................................................ 9
E. Cara
Mencegah Terjadinya Korosi ............................................... 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
.................................................................................. 15
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................ 16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar